Halaman

Monday, January 14, 2013

Manusia Bukan Satu-Satunya Makhluk Sosial

          Manusia kadang terlau pede, mengatakan jika manusia itu satu-satunya makhluk sosial atau makhluk yang sempurna bumi ini, padahal kadang tingkah laku mereka sangat minus melebihi binatang, karena selain manusia, hewan juga termasuk makhluk yang mampu bekerja sama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersamanya, namun mereka satu-satunya makhluk yang berbudaya. Sebagaian hewan bekerjasama dengan sesamanya dengan cara elementer. Mereka bahkan dilatih bekerja sama lebih baik lagi dalam laboratorium. Beberapa jenis hewan seperti singa, gajah monyet, kuda, anjing, burung, dan lumba-lumba dapat bekerja sama dengan manusia untuk menampilkan atraksi yang menghibur, seperti dalam pertunjukkan sirkus, pertunjukan keliling topeng monyet dan kuda ronggeng.

          Berdaskan prinsip belajar pelaziman operan (operan conditioning) yang dirintis B.F. Skinner. Kerjasama itu tampaknya juga mirip komunikasi, meskipun komunikasi tersebut tidak sempurna. Hewan dalam pertunjukkannya hanya bersedia melakukan apa yang diperintahkan manusia bila hewan tersebut diberi peneguhan, biasanya pemberian makanan.

          Berbicara tentang kerja sama di dunia hewan, seranggalah yang menampakkan kualitasnya yang terbaik. Semut, rayap, dan lebah diberkahi dengan naluri yang membuat perilaku mereka sangat sosial. semut dan rayap dapat berkomunikasi secara memadai sehingga setiap anggota dari suatu kerajaannya dapat memberi tahu anggota lainnya dimana letak makanan. Rayap, seperti semut dan lebah, adalah serangga sosial yang hidup dalam koloni, mereka bekerja sama, melakukan tugas khusus untuk kepentingan koloni  tersebut.

          Akan tetapi, tidak seperti semut dan lebah, rayap hidup bersama terus menerus, tanpa jeda dalam sarang atau liang (tempat persembunyian) mereka. Kebiasaan berkoloni ini menghasilkan keturunan, dan biasanya kelompok pekerja untuk mengumpulkan makanan, merawat raja dan ratu, tentara dan rayap muda, dan untuk membangun sarang, liang lubang keluar, terowongan, menara, dan lorong penjelajahan.

          Untuk memelihara organisasi ini, dan untuk mengkoordinasikan tugas-tugas yang dilakukan berbagai individu, serangga melakukan komunikasi antar individu. Berbagai jenis serangga memiliki mekanisme untuk mempengaruhi perilaku serangga lainnya. Mekanisme ini merupakan teknik-teknik untuk mengahsikan dan menerima bau, suara, sentuhan, atau bahkan rangsangan visual. Lewat penggunaan teknik-teknik tersebut, individu-individu serangga dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sosial mereka yang cukup rumit.

          Rayap secara naluriah berkomunikasi dengan sesamanya dalam liang dengan menggunakan antena khusus (kumis serangga) yang peka, yang mereka mainkan dengan cepat diatas permukaan tetangga mereka. Kita juga melihat semut berkomunikasi dengan cara bersentuhan, konon semut bertukar ludah melalui mulut mereka (baca: cipokan), atau bersalaman ketika bertemu sesama semut.

          Hewan selain serangga di luar manusia, tidak menampakkan kemampuan berkomunikasi dengan kecermatan seperti itu. Namun mereka juga dapat berkomunikasi melalui jenis suara untuk menyatakan emosi, menarik perhatian hewan sejenis, atau memenuhi keinginan dan kebutuhannya akan makanan misalnya. Defleur menegaskan, komuikasi serangga pada dasarnya merupakan mekanisme biologis, yang ditandaidengan hubungan yang relatif sederhana. Struktur biologis serangga menentukan jenis tindakan komunikatif yang dapat dilakukan. Komunikasi mereka rumit juga memang, dan belum kita pahami sepenuhnya.

          Akan tetapi tidak diragukan bahwa teknik apapun yang mereka miliki adalah bagian dari warisan genetik. Ketika rangsangan yang layak muncul dalam lingkungan, teknik komunikasi ini secara otomatis terpicu. Individu serangga memberi respon otomatis terhadap tanda komunikasi yang sejenis. Ini bukan merupakan proses yang didasari kesukarelaan. Komunikasi tersebut tidak melibatkan proses belajar . Setiap serangga mampu melakukan tindakan komunikatif seperti itu meskipun sejak lahir terisolasi dan baru bergabung dengan koloninya setelah ia dewasa.

          Fakta bahwa komunikasi serangga tidak melibatkan belajar, kesadaran, atau proses kultural mengisyaratkan bahwa komunikasi serangga merupakan bentuk elementer komunikasi dibandingkan dengan komunikasi hewan lebih tinggi.

Sumber: Buku Ilmu Komunikasi.

      

No comments:

Post a Comment