Halaman

Wednesday, May 23, 2012

Pentingnya Berekspresi Agar Tak Frustasi


          Anak-anak muda di perkotaan terutama pada usia produktif 25-35 memiliki semangat tinggi dan selalu ingin melakukan sesuatu. Kemauan kuat untuk meraih cita-cita menjadi pendorongnya, semangat positif menjadi kekuatannya. Agar tetap positif, kalangan muda di perkotaan membutuhkan ruang ekspresi.

          Di balik semangat tinggi, kalangan urban berisiko mengalami hal-hal negatif karena berbagai tantangan dalam hidupnya. Mulai dunia kompetisi yang semakin tajam terutama dalam pekerjaan, serta berbagai kondisi negatif di perkotaan seperti kemacetan dan berbagai masalah kota yang memicu sikap negatif.

          Menurut sosiolog dari Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, lingkungan negatif tersebut dapat menimbulkan sejumlah risiko pada kalangan muda urban.

          Daisy memaparkan, jika kompetisi tinggi tak dibarengi dengan semangat positif, kalangan muda berisiko mengalami frustasi, tidak berkembang, emosional, tidak punya harapan, apatis, dan pada remaja masalah emosional bisa memicu pada perilaku negatif seperti tawuran.

         "Kehidupan perkotaan dengan kompetisi tinggi menjadi tantangan bagi kaum muda bagaimana untuk menciptakan individu yang tidak mudah menyerah. Hidup di tengah kompetisi yang berat tak bisa dilakukan sendirian. Bagaimana agar tidak merasa sendiri, tidak putus asa, masih memiliki harapan, ini yang menjadi tantangan," jelas Daisy kepada Kompas Female di sela peluncuran kampanye Lipton-PositiviTEA di Jakarta beberapa waktu lalu.

Agar tetap positif
          Daisy menyarankan, kalangan muda di perkotaan dapat menjawab tantangan untuk selalu menjadi pribadi positif dengan banyak cara. Salah satunya aktif dalam komunitas sehingga memiliki ruang ekspresi yang positif.

          Menurut Daisy, kalangan muda perkotaan memiliki semangat tinggi dalam membentuk komunitas positif. Sayangnya, kalangan muda  urban juga komunitas yang semakin banyak bermunculan masih menghadapi keterbatasan ruang ekspresi.

          "Anak muda haus ruang ekspresi, dan momen untuk berekspresi semestinya memang harus diciptakan," tuturnya.

          Komunitas, kata Daisy, memberikan harapan karena setiap individu yang bergelut dengan kompetisi tinggi setiap hari dapat menyalurkan hobi dan berbagai minatnya. Ia menambahkan, pertumbuhan komunitas anak muda semakin pesat sejak era reformasi hingga pascakrisis. Kalangan muda usia 25-35 di perkotaan, menghadapi hidup yang berat karena krisis dan kompetisi tinggi dengan bergabung atau menciptakan komunitas.

          "Supaya komunitas bisa terus bertambah dan berkembang ke arah positif sebaiknya ruang ekspresi diperluas," saran Daisy yang mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah, swasta, sekolah juga keluarga untuk memberikan ruang ekspresi kepada anak muda perkotaan yang menghadapi tantangan berat dalam setiap sisi hidupnya.

Sumber : Kompas.com

Tuesday, May 22, 2012

7 Ksatria Yang Mati Dengan Cara Konyol

          Sejarah telah membuktikan bahwa aksi-aksi heroik sang pahlawan selalu berujung dengan kematian yang membanggakan. Dan itulah yang kita tahu sampai sekarang. Tetapi, ternyata sejarah juga pernah mencatat bahwa ada beberapa kisah ksatria yang justru berakhir dengan memalukan, bahkan benar-benar memalukan.

           Pastinya mereka tidak ingin kematian mereka dikenang untuk kemudian dicatat dalam sejarah. Berikut adalah daftar para ksatria yang mati dengan cara yang sangat konyol dan memalukan.

1. Empedokles
(Cara kematian: melemparkan diri ke sebuah gunung berapi untuk menjadi dewa)

Empedokles adalah seorang filsuf Yunani yang paling dikenal karena teori klasik dari empat elemen. Dikatakan bahwa Empedokles melemparkan dirinya ke gunung berapi aktif Etna di Sisilia untuk membodohi para pengikutnya agar percaya bahwa tubuhnya telah menghilang ke langit dan ia akan terlahir kembali sebagai dewa.
Sayangnya, salah satu sandalnya tersangkut dan tidak ikut terlempar ke gunung berapi dan kemudian ditemukan oleh para pengikutnya. Kemudian para pengikutnya sadar bahwa mereka telah dibodohi oleh orang bodoh.

2. Pyrrhus Epirus
(Cara kematian: Tewas karena dilempar genteng oleh nenek2)

Pyrrhus Epirus adalah salah satu penakluk terbesar dalam sejarah. Puluhan kerajaan telah ia taklukan. Sampai pada saatnya Pyrrhus ditugaskan oleh Cleonymus untuk mengalahkan Sparta dan dijanjikan tahta Sparta.
Tapi Pyrrhus lupa akan kehebatan Spartan. Ia dikalahkan prajurit Spartan, sehingga ia pindah ke Argos. Sialnya, ketika ia memasuki kota melalui jalan-jalan sempit dengan menunggangi gajah, seorang perempuan tua yang tidak senang dengan konflik yang telah ia ciptakan, melemparkan genteng ke arahnya dari balkon. Pyrrhus tewas dalam seketika.

3. Eleazar Maccabeus - 162 SM
(Cara kematian: Dibunuh oleh gajah yang ia bunuh)

Kematian Eleazar Maccabeus dikisahkan dalam kitab Perjanjian Lama "I Maccabeus". Dalam Pertempuran Beth-Zakharia, Eleazar melihat musuh bebuyutannya, Raja Antiokhus V menunggang gajah. Kemudian ia berfikir untuk melakukan aksi heroik dengan membunuh gajah dan raja Antiokhus.
Eleazar melompat di bawah gajah dan menikam perut gajah dengan tombak. Apa yang selanjutnya terjadi sudah ada dalam benak Anda sekalian, bukan? Gajah yang mati jatuh tepat di atas Eleazar dan membunuhnya dengan seketika.

4. Humphrey de Bohun - 1322
(Cara kematian: anus tertusuk tombak)

Humphrey de Bohun adalah anggota kerluarga Anglo-Norman di Inggris. Ia mendapat perintah dari Raja Edward II untuk memimpin pasukan dalam Pertempuran Boroughbridge melawan Harclay, Humphrey de Bohun tewas dengan cara yang benar-benar konyol.

Humphrey de Bohun memimpin pertarungan di sebuah jembatan kayu. Lalu salah seorang dari Harclay's pikemen bersembunyi di bawah jembatan, ia mendorong tombak ke atas jembatan diantara jepitan papan kayu. Secara tidak sengaja, tombak tersebut tepat mengenai anus Humphrey. Humphrey de Bohun tewas dan para prajuritnya panik dan melarikan diri.

5. King Edward II - 1327
(Cara kematian: anus tertusuk obor [besi])

King Edward II memimpin Inggris selama 20 tahun (1307-1327). Ia lebih senang memiliki hubungan khusu dengan pria daripada dengan wanita. Setelah ia turun tahta dan dipenjarakan, istrinya Isabella (yang marah karena hubungan dekat raja dengan seorang pemuda di Royal Court) mengusulkan cara eksekusi yang sedikit aneh.

Pada malam 11 Oktober ketika sedang tertidur di penjara tiba-tiba raja ditangkap dan diseret. Sialnya, ketika memberontak leher sang raja tersangkut tempat tidur dan tercekik. Pengawal yang menyerat Raja terjatuh dan lebih sialnya lagi obor yang dibawa pengawal jatuh tepat di bagian anus raja. Raja tewas dengan seketika tanpa hukuman."

Keterangan : King Edward II adalah raja dari Humphrey de Bohun. Mereka tewas dengan cara yang sama

6. Kaisar Mughal Humayun - 1556
(Cara kematian: Tersandung jubah dan jatuh dari tangga)

Kaisar Mughal Humayun adalah penguasa agung yang memerintah Afghanistan, Pakistan, dan bagian utara India dari 1530-1540 dan 1555-1556. Dia adalah seorang pecinta seni dan astronomi. Namun, ia juga sangat religius dan inilah yang menyebabkan ia jatuh (benar-benar terjatuh).

Ketika ia membawa buku dari perpustakaan, Humayun mendengar panggilan doa. Kebiasaannya adalah menumpu-kan satu lutut ketika mendengar panggilan doa kapanpun dan dimanapun ia berada. dan ketika ia menekuk lutut, kakinya tersandung dalam lipatan jubah panjang.

Dia kebetulan sedang berdiri di atas sebuah tangga kecil. Humayun jatuh dari tangga dan kepalanya terbentur hingga tewas dalam seketika.

7. Julien Offray de La Mettrie - 1751
(Cara kematian: kebanyakan makan)

Julien Offray de La Mettrie adalah seorang dokter Perancis, filsuf dan orang jenius. Dia percaya bahwa kesenangan sensual (seperti makan dan seks) adalah satu-satunya alasan untuk hidup, sehingga ia memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan prinsip itu.
Julien adalah seorang ateis dan percaya bahwa kehidupan di bumi ini hanya sebuah lelucon dan akan berakhir dengan kepuasan diri. Ironisnya, ia meninggal setelah makan terlalu banyak di sebuah pesta yang diadakan oleh pasien yang ia sembuhkan.

Sumber : Lintas Artikel

Meskipun Memakan Yang Warnanya Berbeda, Kenapa Warna Kotoran Semua Orang Sama


          Nasi berwarna putih, kuning telur berwarna kuning, rawon berwarna hitam dan bayamvberwarna hijau. Makanan yang kita makan warnanya berbeda-beda, tetapi warna kotoran semua orang mirip. Ini disebabkan zat pewarna di dalam empedu berwarna kuning keemasan atau kuning kecoklatan.
    
          Enzim-enzim di dalam empedu berfungsi memecah lemak di dalam makanan melalui saluran pencernaan, enzim empedu menguraiakan makanan sehingga warna makanan berubah kekuningan. Sebagaian enzim empedu yang berguna mencerna makanan kemudian keluar ke usus dalam bentuk dalam lemak yang sudah dipecah dan sebagian lagi dikembalikan diserap    usus halus.

Sumber : Hal Yang Paling Bikin Penasaran

Monday, May 21, 2012

Belajar Etiket Memakai Sumpit


          Memakai sumpit tak asal dipakai, Tiap Negara Asia mempunyai aturan pemakaian sumpit yang berbeda. Agar tak salah tingkah dan bisa dengan benar memakai sumpit, coba simak aturannya di tiap negara di Asia ini agar jamuan makan sukses.

          Negara-negara seperti Cina, Taiwan, Jepang, Korea, dan Vietnam menggunakan sumpit saat mereka makan. Mereka juga sering mengaitkan letak sumpit dengan kepercayaan tertentu. Agar dihormati  oleh si tuan rumah, perluas pengetahuan anda tentang etiket makan menggunakan sumpit.

          Cina
  • Tidak boleh mengetukkan sumpit ke sisi mangkok karena berisk dan mengganggu.
  • Menusuk makanan dengan sumpit dianggap tidak sopan. Makanan yang sulit disantap          menggunakan sumpit biasanya dimakan dengan sendok.
  • Sumpit tidak boleh diletakkan dengan ujung mengarah ke orang lain di meja yang sama.
  • Sumpit tidak boleh digunakan untuk mencari-cari makanan tertentu di piring. Cara ini dianggap dengan menggali liang kubur.  
          Jepang 
  • Selesai menggunakan sumpit  kayu atau bambu yang (yang dibuang setelah dipakai), letakkan kembali ke dalam bungkusnya. Bisa juga dengan melipat kertas pembungkus, laluletakkan sumpit bekas di atasnya.
  • Sumpit tidak boleh diletakkan menyilang diatas meja karena menyimbolkan kematian.
  • Sumpit harus diletakkan horizontal dengan dengan ujung menyempit di sebelah kiri, tidak boleh diagonal, vertical, atau menyilang. 
          Korea
  • Sumpit dan sendok digunakan sebagai alat makan yang salinh melengkapi.
  • Berbeda dengan tradisi di negara lain, mengangkat piring lalu menyantap isinya dengan sumpit dianggap tidak sopan di Korea.
  • Sendok digunakan jika makanan yang diangkat dengan sumpimeneskan kuah.
  • Sumpit harus diletakkan disebelah kanan sendok. Saat menyiapkan makanan untuk upacara pemakaman, baru sumpit diletakkan di sebelah kiri.
  • Memegang stu tangan untuk memegang satu sumpit dan sendok bersamaan dianggap tidak sopan.
  • Sumpit dipakai untuk mengambil makanan yang padat, sementara sendok digunakan untuk menyantap  sup, hotpot, dan makanan berkuah lainnya. Meski demikian, keduanya bisa digunakan untuk makan nasi.
          Taiwan
          Sumpit boleh digunakan seperti garpu dan pisau jika ingin memptong makanan untuk anak-anak.

          Vietnam
          Selesain makan, sumpit tidak boleh diletakkan diatas meja seperti huruf V karena dianggap  sebagai petanda buruk.

Sumber : detikfood

Komunikasi Sosial Sebagai Kebutuhan Emosional dan Intelektual


                Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dan pendidikan yang wajar, manusia akan mengalami kemerosotan emosional dan intelektual. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita peroleh pertama-tama dari keluarga kita, lalu orang-orang dekat disekeliling kita seperti kerabat dan kawan-kawan sebaya, dan barulah dari masyarakat umumnya, termasuk sekolah dan media massa seperti surat kabar dan televisi. Khususnya dalam lingkungan keluarga, kebutuhan biologis, emosional dan intelektual anak bisa dipenuhi dengan tindakan anggota keluarga lainnya, dan kebutuhan mereka bersama-sama sebagai suatu komunitas juga dipenuhi oleh komunitas lainnya, begitulah seterusnya. Semua bekerjasama untuk memperoleh kesejahteraan itu pertama-tama dan terutama dilakukan lewat komunikasi.

                Orang yang tidak memperoleh kasih sayang dan kehangatan dari orang-orang disekelilingnya cenderung agresif. Pada gilirannya agresitivitas ini melahairkan kekerasan terhadap orang lain, seperti ditunjukkan berbagai penelitian. Misalnya Philip G. Zimbardo melakukan penelitian ekstensif di Amerika Serikat tentang hubungan antara anonimitas (keterasingan) dan agresi (kekerasan). Ia dan kawan-kawannya meninggalkan mobil tanpa plat nomor dan tanpa kap di sebuah jalan di Palo Alto, California, juga meninggalkan mobil serupa disebuah jalan di daerah Bronx, New York, yang penduduknya tidak saling mengenal dan terasing antara satu dengan lainnya. Dalam dua kasus itu masing-masing mobil berwarna putih dan ditempatkan di daerah kelas menengah dekat sebuah Universitas besar.

                Di Palo Alto mobil tersebut tidak dijamah siapapun selama seminggu lebih, kecuali seseorang yang lewat merendahkan kap mobil agar mesin mobil tidak basah. Di Bronx dalam beberapa jam saja dan pada siang hari bolong orang-orang dewasa dan anak-anak muda mempereteli onderdil mobil yang masih bisa dipakai dan dijual. Tidak ada orang yang mempedulikan perilaku mereka. Berikutnya, anak-anak memecahkan kaca depan dan kaca belakang mobil. Lalu orang-orang dewasa menghantam mobil itu dengan batu, pipa. dan palu. Dalam waktu kurang dari tiga hari mobil itu menjadi barang rongsokan yang hancur tanpa bentuk. Kejadian itu menunjukkan betapa keterasingan yang dialami seseorang cenderung membuatnya berperilaku agresif, dan bahkan brutal.

                Lebih jauh lagi, komunikasi telah dihubungkan bukan hanya dengan kesehatan psikis, tetapi juga kesehatan fisik. Seperti ditunjukkan Sommer berdasarkan berbagai sumber yang diperolehnya. Orang-orang yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk terserang penyakit jantung, kanker, dan dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, marjinalitas sosial berkaitan dengan kemungkinan lebih tinggi terkena penyakit jantung, kanker, depresi, darah tinggi, arthristis, schizophrenia, tuberculosis, dan kematian. Suatu studi atas 2320 pria yang selamat dari penyakit infark jantung (myocardial infarktion) menemukan bahwa orang-orang yang terisolasi secara sosial dan menderita stres tinggi menunjukkan tingkat kematian empat kali lebih tinggi yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor risiko fisik dan akses terhadap perawatan medis.

                Penelitian selama lebih dari sepuluh tahun secaraa ajeg menunjukkan hubungan yang erat antara stress dan penyakit akut. Terdapat cukup data yang secara jelas menghubungkan ciri-ciri kepribadian sebagai faktor risiko yang menimbulkan penyakit kanker dan penyakit jantung. Orang yang lebih mandiri, kalem dalam menghadapi stress dan mengambil keputusan seraya tetap optimistik, mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk terkena penyakit jantung dan kanker. Orang yang menekan emosinya dan merasa tidak berdaya dalam menghadapi stres lebih rentan terhadap kanker, sedangkan orang yang agresif dan bereaksi terhadap stres dengan respons emosional yang berlebihan lebih mungkin terkena penyakit jantung.

                Sommer juga mengemukakan, terdapat hubungan antara system saraf pusat dan sistem kekebalan. Itu terjadi via sistem saraf otonomik dan system peredaran darah. Penjelasannya cukup rumit, akan tetapi cukuplah dikatakan bahwa stress psikologis yang kronis mempunyai efek yang merugikan fungsi kekebalan, sementara intervensi psikologis, seperti tertawa, relaksasi, meditasi, dan olah raga yang cukup mempunyai efek yang positif terhadap fungsi kekebalan. New England Journal of Medicine melaporkan tahun 1991 bahwa stress psikologis berkaitan dengan peningkatan risiko terkena pilek akut yang disebabkan lima virus yang berbeda.

                Stewart menunjukkan bahwa orang terkucil secara sosial cenderung akan cepat mati. Selain itu, kemampuan berkomunikasi yang buruk ternyata mempunyai andil dalam penyakit jantung koroner, dan kemungkinan terjadinya kematian naik pada orang yang ditinggalkan mati oleh pasangan hidupnya.
               
                 Surat kabar The Age (24 Desember 1998) dengan judul Get A Wife For A Longer Life menunjukkan, di Australia ternyata pria maupun wanita yang menikah hidup lebih lama daripada yang tidak menikah atau yang bercerai. Namun kaum pria lebih “diuntungkan” karena pria berusia 20-69 tahun yang tidak menikah angka kematiannya dua sampai empat kali lebih banyak daripada pria yang menikah.

                Jauh sebelum itu Raja Frederick II, penguasa Sicilia abad ke-13 membuat percobaan dengan memasukkan bayi ke dalam laboratorium. Anak-anak itu dimandikan dan disusui oleh ibu-ibu, namun bayi-bayi itu tidak diajak bicara. Akibatnya, mengejutkan. Semua bayi pada percobaan itu mati. Tahun 1915, seseorang dokter di rumah sakit John Hopkins menemukan bahwa 90% dari semua bayi yang ada dipanti asuhan Baltimore, Maryland, meninggal dalam satu tahun. Pada tahun 1944, psikologis menemukan bahwa 34 dari 91 anak panti asuhan yang diamatinya juga mati.

                Setahun kemudian, tahun 1945, Rene Spitz melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kesehatan bayi-bayi yang jarang memperoleh belaian manusia akan mengalami kemerosotan dan menderita penyakit yang mengancam jiwa mereka. Tahun 1957, J.D French melaporkan temuan penelitian yang menunjukkan bahwa kelangkaaan rangsangan emosional dan sensoris menimbulkan kemunduran pada struktur otak manusia, yang pada gilirannya mengakibatkan kekurangan gizi, dan akhirnya dapat berujung pada kematian.

                 Eric Berne mengembangkan suatu teori hubungan social yang ia sebut Transactional Analysis (1961). Teorinya berdasarkan hasil penelitian mengenai keterlantaran indrawi (sensory deprivation) yang menunjukkan bahwa bayi-bayi yang kekurangan belaian dan hubungan manusiawi yang normal menunjukkan tanda-tanda kemerosotan fisik dan mental yang bisa berakibat fatal. Ia menyimpulkan bahwa sentuhan emosional dan indrawi itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ia menyimpulkan teorinya dengan ungkapan bahwa “if you are not stroked your spinal cord will shivel up” (jika engkau tidak mendapatkan belaian, urat saraf tulang belakangmu akan layu).

                Menurut Berne dalam bukunya Games People Play (1964), belaian (stroked) adalah istilah umum untuk kontak fisik yang intim yang praktiknya dapat mengambil berbagai bentuk. Sebagaian orang secara harfiah membelai seorang bayi, sebagaian lagi memeluknya atau menepuknya, sementara lainnya lagi mencubitnya atau menyentuhnya dengan ujung jari. Semua ini punya analoginya dalam percakapan, sehingga tampaknya orang meramalkan bagaimana seorang individu akan memperlakukan bayi dengan mendengarkan suara berbicara. Dalam arti  luas, belaian mengisyaratkan pengakuan atas kehadiran orang lain. Karena itu, belaian dapat digunakan sebagai unit dasar tindakan sosial.

                Kaitan erat antara komunikasi yang manusiawi (tulus, hangat, dan akrab) dengan harapan hidup diperteguh oleh penelitian mutakhir yang dilakukan Michael Babyak dari Universitas Duke, dan beberapa kawannya dari beberapa Universitas lain di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang mengambil 750 orang kulit putih dari kelas menengah sebagai sampel, dan memakan waktu 22 tahun, Babyak dan rekan-rekannya menemukan bahwa orang-orang yang memusuhi orang lain, mendominasi pembicaraan, dan tidak suka berteman, berpeluang 60% lebih tinggi menemui kematian pada usia dini dibandingkan dengan ornag-orang yang berperilaku sebaliknya, ramah, suka berteman, dan berbicara tenang. Sebuah tim penelitian lain di rumah sakit Lehigh Valley Pennsylvania, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang yang gampang marah, menyimpan perasaan bermusuhan, suka bersikap sinis, agresif berkaitan erat dengan peningkatan kematian akibat penyakit infark jantung.

                Tidak sulit menduga bahwa watak tertentu menimbulkan respons tubuh tertentu pula. Misalnya kita bisa melihat reaksi tubuh bagian luar orang yang sedang marah, muka merah, mata melotot, dan berwarna merah, tubuh gemetar, berkeringat, dan sebagainya. Dalam konteks ini. Babyak dan kawan-kawanya menduga bahwa orang-orang  dari golongan pertama tadi secara kronis lebih cepat dibangkitkan dan terkena stress. Hal itu membuat mereka menghasilkan lebih banyak hormone stres yang merugikan dan lebih berisiko terkena penyakit jantung. Semua hasil penelitian di atas sebenarnya memperkuat ucapan Nabi Muhammad SAW sang ilmuan sejati 14 abad yang lalu, bahwa silahturahmi memperpanjang usia.

Sumber : Ilmu Komunikasi

Vonis Seumur Hidup


                Malam itu seorang laki-laki dijatuhi vonis seumur hidup, bukan karena ia baru saja melakukan tindak kejahatan lalu diadili di pengadilan. Vonis seumur hidup tersebut dijatuhkan kepadanya dari seorang dokter setelah ia memeriksakan beberapa keluhannya seperti muka mendadak pucat, mata berkunang-kunang, dan hidung sedikit memancung. Setelah mendapat penjelasan dari dokter, ternyata laki-laki itu menderita penyakit handsomefluist, semacam penyakit tambah ganteng gitu.

                “Penyakit anda ini benar-benar tidak lazim, jarang sekali saya menemui penyakit semacam ini, tapi anda tidak usah cemas, penyakit ini tidak berbaya dan tidak menular, hanya saja penyakit ini tidak bisa sembuh,” ujar dokter pribadinya. Tidak ada resep yang diberikan oleh dokter pada saat itu, karena dokter merasa penyakit itu tidak perlu disembuhkan karena memang tidak bisa disembuhkan hanya dengan resep apotek.

Keunikan Chromatophobia, Fobia Warna


                Masih ingat Rizwan Khan di film My Name Is Khan? Ia akan panic ketika melihat warna kuning. Tahukah anda bahwa kondisi itu memang ada di dunia medis. Namanya Chromatophobia yakni takut akan warna.

                Namun kondisi itu bisa disembuhkan dengan terapi dan konseling. Ahli dan klinik SK Love of Vedicure Wellnes, diperkirakan ada 5 sampai 10 persen orang menderita chromatophobia di dunia ini. “Keturunan, genetika, dan zat kimia yang pada otak dikombinasikan dengan pengalaman masa lalu memainkan peran utama dalam perkembangan fobia. Pengalaman negatife yang intens dari masa lalu dapat menyebabkan chromatophobia,” katanya.

                Ada fobia spesifik untuk warna tertentu. Fobia warna putih dinamai leukophobua, sedangkan untuk warna hitam disebut elanophobia. Takut warna ungu disebut porphyrophobia, takut warna mearh disebut erythropia, takut warna hijau disebut chlorophobia, dan takut warna biru dikenal dengan cyanophobia.

                Chromatohpobia dapat muncul karena berbagai alasan bukan karena suatu alasan bahkan karena suatu yang sederhana seperti penggunaan nama-nama warna dalam frase popular. Reaksi chromatophobic pun bisa secara mental, emosional, dan fisik. Orang yang menderita fobia ini sering mengeluh sakit kepala, mual, dan pusing.
                Gejala orang dengan penyakit ini akan bereaksi negatif ketika menghadapi warna yang mereka benci. Mereka akan merasa tidak nyaman dan panic akan meningkat jika mereka tidak dapat melepaskan diri dari sumber penderitaan mereka. “Mual, sakit kepala, pusing dan kecemasan intens adalah gejala utama serangan fobia ini.

                Gejala-gejala mental meliputipikiran obsesif, kesulitan dalam memikirkan apa pun kecuali rasa takut, dan kehilangan control. Gejala emosional meliputi kecemasaan yang terus-menerus yang melibatkan warna, keinginan untuk lari, marah, sakit hati, sedih, dan merasa bersalah.

                Namun fobia warna dapat disembuhkan. Ada beberapa perawatan untuk Chromatophobia termasuk psikoterapi, konseling, dan hipnoterapi. Terapi warna juga dapat digunakan baik secara mandiri maupun bersama terapi lain. Bentuk lain dari terapi yang mungkin bermanfaat bagi fobia ini adalah terapi perilaku kognitif (CBT).

                Proses penyembuhan chromatophobia mencakup langkah-langkah spesifik untuk mendapatkan kepercayaan diri, ketenangan, dan kebahagiaan serta prosedur yang telah terbukti untuk mengatasi amarah, sedih, takut, sakit hati, dan rasa bersalah dan kecemasaan.

Sumber : Metro Tv