Halaman

Wednesday, January 16, 2013

Blue Ocean Strategy


       Jauh setinggi langit biru diangkasa dan seluas samudra biru nusantara, Blue Ocean Strategy adalah strategi perang pedang yang digagas oleh kedua professor beda bangsa, yaitu W.Chan Kim dan Renee Mauborgne. Kedua professor ini menjelaskan bahwa sebaik baiknya perang adalah perang tanpa darah karena ilmu pedang tertinggi adalah ilmu ketiadaan pedang itu sendiri.


          Beberapa hari yang lalu saya mendengar kabar bahwa Pak Dahlan Iskan mengalami kecelakaan saat mengendari mobil listrik yang akan di releasenya (Tucuxi). Katanya sih remnya blong, ketika menuruni bukit di Plaosan kabupaten Pacitan, dan mau tidak mau harus mau Pak Dahlan menabrakkan mobilnya ke tebing, dengan alasan supaya mobilnya bisa berhenti tanpa membahayakan orang lain. Hhmm, suatu pengambilan keputusan yang epic, keputusan yang jauh dari membahayakan orang lain. Beruntunglah orang-orang yang menemukan kebahagiannya tanpa harus mencelakakan orang lain, meskipun itu membahayakan dirinya sendiri. Pak Dahlan benar dan orang lain salah. Tapi Alhamdulillah bos Jawa Pos itu selamat dan sehat sentosa tanpa mengalami luka serius, malah terkesan guyon.


            Ketika ditanya wartawan seputar proyek mobil listriknya jawaban beliau cukup simple, jawaban yang tidak bertele-tele, cenderung ngawur namun masuk akal. Tepat sekali jika Pak Dahlan tidak mau membuat mobil ber BBM karena sudah banyak yang membuatnya. Mungkin beliau menginginkan susuatu yang unik, yang belum atau jarang orang lakukan, yang tidak hanya sekedar mobil pengangkut sayur. Kalau Cuma mobil dimana mana sudah ada. Mobil listrik ini memang sedikit berbeda, mungkin bisa dijalankan melalui remot control yang jika dibuat main bareng Giant akan membuat Suneo minder. Yang aneh memang menarik. Ibarat bakso itu bentuknya bulat, tapi kita buat bakso dengan bentuk segitiga, bujur sangkar, jajar genjang, sukur-sukur bisa membuat bakso dengan model bentuk gedung DPR. Atau misalnya batagor, yang bahan utamanya dibuat dari 250 gr ikan tengiri dihaluskan, 250 ml air, dan 250 gr tepung kanji. Tapi kita bisa membuat batagor dengan bahan baku batako, maka jadilah batagor (bata goreng). Aneh kan? Iyah, memang aneh penulisnya dan memang unik ini yang kita cari. Kalau ga gitu ga akan pernah ada cairan pembersih gigi dengan cara dikumur. Mobil listrik memang masih jarang, hanya beberapa negara saja yang sibuk mengembangkannya. Berbeda dengan mobil ber BBM yang dimana saja ada. Mobil listrik dinilai menjadi solusi hemat penggunaan BBM dan solusi tepat mengatasi pencemaran udara. Belum lagi semakin hari BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi mungkin bayi kurang gizi.


          Sepertinya, bapak yang terkenal dengan film Sepatu Dahlan ini menerapkan strategi samudra biru, milik Profesor W.Chan Kim dan Renee Mauborgne. Siapakah W.Chan Kim dan Renee Mauborgne itu? Mereka adalah professor yang memperkenalkan strategi samudra biru (Blue Ocean Strategy). Dengan konsep dasarnya tidak berperang di medan yang sama dengan para pesaing. Saya yakin jika kedua profesor ini kurang tertarik mengikuti cerita perang padang Kurusetra ala Baratayuda dan perang kilat Blitzkrieg cetusan Adolf Hitler. Menurut kedua Profesor ini, peperangan yang demikian akan membuat kita berdarah-darah (red ocean). Kenapa tidak menciptakan ruang pasar yang tanpa pesaing? Yang sedemikian beningnya ruang tersebut hingga kemudian dijuluki blue film, eh sowry blue ocean maksud saya.

          Dalam teori segmentasi juga sudah dijelaskan bahwa setiap manusia berbeda kebutuhan dan keinginannya. Menghadapi hal ini yang bisa kita lakukan adalah membuat pengelompokan, memilih segmen yang paling mampu kita penuhi kebutuhan dan keinginannya. Itulah fokus dan itulah target kita,  Kepada siapa kita berurusan. 

          Menurut saya, bukan menurut pak SBY atau pak ARB. Pak Dahlan Iskan ini juga mengadopsi jurus mabuk ala drunken masternya Wong Fei Hung. Sekalipun mabuk dan gerakannya cenderung ngawur, namun setiap kali pukul, setiap kali nendang, atau nampar selalu tepat dan tidak meleset. 


          Demikian paparan singkat dari saya. Hidup hanya sekali jika anda mati lalu hidup kembali berarti ada persamaan antara anda dengan PLN.


Monday, January 14, 2013

Manusia Bukan Satu-Satunya Makhluk Sosial

          Manusia kadang terlau pede, mengatakan jika manusia itu satu-satunya makhluk sosial atau makhluk yang sempurna bumi ini, padahal kadang tingkah laku mereka sangat minus melebihi binatang, karena selain manusia, hewan juga termasuk makhluk yang mampu bekerja sama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersamanya, namun mereka satu-satunya makhluk yang berbudaya. Sebagaian hewan bekerjasama dengan sesamanya dengan cara elementer. Mereka bahkan dilatih bekerja sama lebih baik lagi dalam laboratorium. Beberapa jenis hewan seperti singa, gajah monyet, kuda, anjing, burung, dan lumba-lumba dapat bekerja sama dengan manusia untuk menampilkan atraksi yang menghibur, seperti dalam pertunjukkan sirkus, pertunjukan keliling topeng monyet dan kuda ronggeng.

          Berdaskan prinsip belajar pelaziman operan (operan conditioning) yang dirintis B.F. Skinner. Kerjasama itu tampaknya juga mirip komunikasi, meskipun komunikasi tersebut tidak sempurna. Hewan dalam pertunjukkannya hanya bersedia melakukan apa yang diperintahkan manusia bila hewan tersebut diberi peneguhan, biasanya pemberian makanan.

          Berbicara tentang kerja sama di dunia hewan, seranggalah yang menampakkan kualitasnya yang terbaik. Semut, rayap, dan lebah diberkahi dengan naluri yang membuat perilaku mereka sangat sosial. semut dan rayap dapat berkomunikasi secara memadai sehingga setiap anggota dari suatu kerajaannya dapat memberi tahu anggota lainnya dimana letak makanan. Rayap, seperti semut dan lebah, adalah serangga sosial yang hidup dalam koloni, mereka bekerja sama, melakukan tugas khusus untuk kepentingan koloni  tersebut.

          Akan tetapi, tidak seperti semut dan lebah, rayap hidup bersama terus menerus, tanpa jeda dalam sarang atau liang (tempat persembunyian) mereka. Kebiasaan berkoloni ini menghasilkan keturunan, dan biasanya kelompok pekerja untuk mengumpulkan makanan, merawat raja dan ratu, tentara dan rayap muda, dan untuk membangun sarang, liang lubang keluar, terowongan, menara, dan lorong penjelajahan.

          Untuk memelihara organisasi ini, dan untuk mengkoordinasikan tugas-tugas yang dilakukan berbagai individu, serangga melakukan komunikasi antar individu. Berbagai jenis serangga memiliki mekanisme untuk mempengaruhi perilaku serangga lainnya. Mekanisme ini merupakan teknik-teknik untuk mengahsikan dan menerima bau, suara, sentuhan, atau bahkan rangsangan visual. Lewat penggunaan teknik-teknik tersebut, individu-individu serangga dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sosial mereka yang cukup rumit.

          Rayap secara naluriah berkomunikasi dengan sesamanya dalam liang dengan menggunakan antena khusus (kumis serangga) yang peka, yang mereka mainkan dengan cepat diatas permukaan tetangga mereka. Kita juga melihat semut berkomunikasi dengan cara bersentuhan, konon semut bertukar ludah melalui mulut mereka (baca: cipokan), atau bersalaman ketika bertemu sesama semut.

          Hewan selain serangga di luar manusia, tidak menampakkan kemampuan berkomunikasi dengan kecermatan seperti itu. Namun mereka juga dapat berkomunikasi melalui jenis suara untuk menyatakan emosi, menarik perhatian hewan sejenis, atau memenuhi keinginan dan kebutuhannya akan makanan misalnya. Defleur menegaskan, komuikasi serangga pada dasarnya merupakan mekanisme biologis, yang ditandaidengan hubungan yang relatif sederhana. Struktur biologis serangga menentukan jenis tindakan komunikatif yang dapat dilakukan. Komunikasi mereka rumit juga memang, dan belum kita pahami sepenuhnya.

          Akan tetapi tidak diragukan bahwa teknik apapun yang mereka miliki adalah bagian dari warisan genetik. Ketika rangsangan yang layak muncul dalam lingkungan, teknik komunikasi ini secara otomatis terpicu. Individu serangga memberi respon otomatis terhadap tanda komunikasi yang sejenis. Ini bukan merupakan proses yang didasari kesukarelaan. Komunikasi tersebut tidak melibatkan proses belajar . Setiap serangga mampu melakukan tindakan komunikatif seperti itu meskipun sejak lahir terisolasi dan baru bergabung dengan koloninya setelah ia dewasa.

          Fakta bahwa komunikasi serangga tidak melibatkan belajar, kesadaran, atau proses kultural mengisyaratkan bahwa komunikasi serangga merupakan bentuk elementer komunikasi dibandingkan dengan komunikasi hewan lebih tinggi.

Sumber: Buku Ilmu Komunikasi.